Bulan di Atas Kuburan


Hampir semua orang pasti pernah mendengar maupun membaca sebuah puisi. Banyak puisi yang kita temui terikat oleh beberapa bait(kalimat) dan rima yang mendalam serta penuh makna. Puisi juga dapat mengungkapkan perasaan sang penyair itu sendiri. Namun ada juga puisi yang singkat namun maknanya sangat mengikat. 

Malam Lebaran
Bulan di Atas Kuburan

Puisi Sitor Situmorang yang berjudul "Malam Lebaran" hanya berisi sebaris kalimat, yakni: Bulan di atas kuburan. Isinya memang amat pendek, tapi tafsirannya bisa sangat panjang. 

Pada kata lebaran, kuburan, dan bulan, terdapat rima yang sama, yakni akhiran -an . Huruf vokal terakhir dalam tiap penggalan suku kata di atas juga sama, yakni “a”.

Bulan dalam puisi Sitor kemungkinan besar merupakan metafora dari hasil imajinasinya. Bulan melambangkan sesuatu yang terang, sedangkan kuburan melambangkan suatu yang gelap. Cukup mirip sebagaimana Lebaran menyimbolkan sesuatu yang terang, sementara malam menyimbolkan suatu yang gelap.

Saat membaca puisi tersebut seharusnya kita sadar bahwa setiap  kita akan menempati rumah baru. Namun rumah itu sempit dan tanpa listrik. Sumber cahayanya hanyalah Iman dan Islam yang kita pegang.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ 
Arti: Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
(Q.S al-Ankabut:57)

Apa yang sudah kita persiapkan?

“Kawan!! Kau lahir dalam keadaan menangis saat semua orang bahagia menyambutmu ke dunia. Maka jangan pulang dalam keadaan menangis lagi. Pulanglah dengan senyum bahagia menghadap Rabbmu saat semua orang menangis berusaha ikhlas menghantarmu pulang ke akhirat”.

Persiapkanlah segalanya Wahai Jiwa yang (ingin) Tenang.


والله أعلم بالصواب
(Wallahu A'lam bi ash-Shawab) 

Posting Komentar

0 Komentar