Mengapa Kita Harus Mencintai Allah I Mila Audina


Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan manusia memiliki cinta. Dengan cinta, kehidupan terasa indah. Dengan cinta, ibadah dan muamalah semakin bermakna. Cinta memilki sejuta makna. Cinta tak peduli usia, waktu, maupun tempat. Dalam ibadah terdapat tiga rukun utama yaitu cinta, takut, dan harap. Bahkan makna ibadah menurut Syaikhul-Islam adalah sesuatu yang mencakup kesempurnaan cinta dan ketundukkan. Banyak umat Nabi Muhammad SAW yang mengaku cinta kepada Allah, namun banyak pula di antara mereka yang tidak merealisasikannya dengan
Cinta kepada Allah merupakan konsekuensi keimanan. Tidak akan sempurna tauhid (peng-Esaan) kepada Allah hingga seorang hamba mencintai Tuhannya secara sempurna. Kecintaan tidak bisa didefinisikan dengan lebih jelas keculai dengan kata “kecintaan” itu sendiri. Dan tidak bisa disifatkan dengan yang lebih jelas seperti kata “kecintaan ” itu sendiri. Tidak ada sesuatu yang esensinya patut dicintai dari segala sisi  selain Allah, yang memang tidak boleh ada penyembahan, peribadatan, ketundukan dan kepatuhan serta kecintaan yang sempurna kecuali hanya kepada Nya –subhanahu wa ta’ala-.
Cinta kepada Allah, bukanlah sembarang cinta; tidak ada suatu apapun yang lebih dicintai dalam hati seseorang selain Sang Penciptanya, Kreatornya. Dialah Tuhannya, Sesembahannya, Pelindungnya, Pengayomnya, Pengaturnya, Pemberi rezekinya, dan Pemberi hidup dan matinya. Maka mencintai Allah –subhanahu wa ta’ala- merupakan kesejukan hati, kehidupan jiwa, kebahagiaan sukma, hidangan batin, cahaya akal budi, penyejuk pandangan dan pelipur perasaan.
Mengapa Kita harus Mencintai Allah ?
Ada beberapa hal mendasar yang mengharuskan kita mencintai Allah SWT, di antaranya yaitu :
1.      Karena Allah SWT berkata tentang orang-orang yang dicintai-Nya : “Katakanlah : “JIka kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. “Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali-Imran [3]:31)
2.      Karena Allah SWT yang telah menciptakan kita semua dari tidak ada, lalu Dia menyempurnakan penciptaan kita dan memberikan anugerah dengan berbagai keutamaan melebihi orang-orang yang diberi keutamaan, di antaranya dengan kenikmatan Islam. Allah SWT pun memberikan reziki yang teramat banyak kepada kita tanpa kita meminta-Nya dan Dialah yang memiliki surga sebagai balasan  amal-amal, sebagai pemberian dan keutamaan, ini merupakan keutamaan yang awal dan akhir.
3.      Rasulullah SAW berdoa agar mencintai Allah SWT. Dan beliau SAW adalah teladan kita, jika demikian halnya maka kitapun harus mencari cinta Allah SWT sebagai wujud itibak dan peneladanan kita kepada beliau SAW : “Ya Allah, aku memohon cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu dan cinta terhadap amalan yang akan mendekatkanku kepada cinta-Mu”. HR. Al-Tirmidzi.
Tanda-Tanda Cinta Allah Kepada Hambanya
Ketahuilah, semoga Allah senantiasa merahmati kita semua, sesungguhnya segala sesuatu  itu memiliki tanda, demikian pula halnya kecintaan Allah kepada hambanya pun memiliki tanda-tanda di antaranya :
1.      Ber-itibak (mengikuti) kepada Rasulullah SAW. Hal ini merupakan sebuah kewajiban bagi kita sebagai Umat Rasulullah SAW. Siapa saja yang paling mengikuti syariat Rasulullah SAW maka dia adalah orang yang paling taat kepada Allah SWT dan paling mendapatkan cinta dan ampunan dari-Nya.
2.      Banyak mengamalkan amalan-amalan sunnah seperti shalat Sunnah, Puasa Sunnah, Haji Sunnah, Sedekah Sunnah dll. Sebagaimana dalam hadist qudsi Allah SWT berfirman : “Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan Sunnah sampai Aku mencintainya”. HR. Bukhari
3.      Penerimaan penduduk bumi terhadapnya dan mereka mencintainya. Hal ini di karenakan apabila Allah SWT mencintai seorang hamba maka Allah memerintahkan kepada Malaikat Jibril untuk meletakkan penerimaan terhadapnya di muka bumi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Jika Allah mencintai seorang hamba maka Allah menyeru kepada Malaikat Jibril bahwasanya Allah mencintai fulan (seseorang) maka cintailah dia ‘lalu Malaikat Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit ‘Sesungguhnya Allah mencintai-nya, kemudian diletakkan penerimaan kepadanya pada seluruh penghuni bumi.” HR. Bukhari.
Macam-Macam Cinta Kepada Allah
Cinta merupakan amalan hati yang bisa menjadi sebuah ibadah atau justru kemaksiatan. Oleh karena itu, para ulama membagi cinta menjadi beberapa macam :
1.      Ibadah yaitu cinta yang merupakan bagian dari sebuah ibadah yang agung yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah SWT. Hal ini adalah mencintai Allah SWT dan mencintai semua yang dicintai-Nya. Dalilnya adalah : Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintainya kepada Allah. (QS. Al-Baqarah [2] : 165)
2.      Syirik yaitu cinta kepada selain Allah SWT yang disertai ketundukan dan pengagungan terhadap yang dicintainya yang hal tersebut tidak layak diberikan kecuali hanya kepada Allah SWT semata. Dalilnya adalah firman Allah SWT : “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. (QS. Al-Baqarah [2] : 165).
3.      Kemaksiatan yakni seperti kecintaan kepada kemaksiatan-kemaksiatan, cinta kepada bidah dan pelakunya serta cinta kepada perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT : “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. An-Nur [24] : 19).
4.      Cinta Tabiat, seperti kecintaan kepada kedua orang tua, kepada anak-anaknya, keluarganya dll. Yang hal ini merupakan tabiat setiap manusia. Maka hal ini dibolehkan oleh Allah SWT. Allah berfirman : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia , dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga). QS. Ali Imran [3] : 14).

wallahu a’lam bisshowaab


Posting Komentar

0 Komentar