Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin rahimahullah, beliau berkata,
“Seorang penuntut ilmu, jika
tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, maka tidak ada faidah menuntut
ilmunya.”
Dari
situ kita dapat mengambil kesimpulan bahwa menuntut ilmu itu harus disandari
dengan akhlak yang mulia atau perbuatan adab dan prilaku kita yang baik. Jika
memiliki ilmu yang banyak tanpa adanya akhlak yang mulia maka ilmu yang di
punya itu tidak ada faedahnya atau tidak ada manfaatnya. Akhlak mulia adalah
suatu perbuatan baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang menyakti orang
lain, dan harus menahan diri ketika disakiti orang lain. Untuk mewujudkan
akhlak mulia harus mempelajari bagaimana akhlak mulia dalam Islam dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki akhlak mulia sangat baik
balasannya yaitu masuk surga dan merupakan sebab terbanyak orang masuk surga.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang paling banyak
memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Maajah dan Al-Haakim dan dihasankan
oleh Syaikh Al-Albani)
Islam sangat memuliakan orang
orang yang berilmu, bahkan
mewajibkan semua penganut ajaran Islam untuk menuntut ilmu seperti disampaikan
dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Majah; “Menuntut ilmu wajib hukumnya
bagi setiap Muslim (baik perempuan maupun laki-laki),” namun Islam juga
mensyaratkan akhlak untuk kesempurnaan ilmu.
Dalam Syarhul Hilyah Fii Thalabul Ilmi, syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan, orang yang menuntut ilmu wajib
menghiasi dirinya dengan akhlak, sebab tanpa akhlak, ilmu yang didapat tak akan
memiliki faedah sama sekali. Kepandaian dalam bidang keilmuan tertentu tak akan
bisa memberi manfaat secara maksimal jika tak diiringi dengan akhlak yang
mulia, sebab akhlak adalah ruh utama untuk kebermanfaatan ilmu. Sesungguhnya seluruh disiplin ilmu manapun,
baik ilmu pengetahuan untuk kemudahan hidup di dunia lebih-lebih ilmu agama
untuk kepentingan hidup di akhirat kelak, selalu menempatkan moral, etika, dan
adab, sebagai implementasi dari akhlakul karimah. ada dua keutamaan bagi orang yang berakhlak.
Pertama,
akhlak yang baik akan meningkatkan derajat. Dari Anas, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba
mencapai derajat yang tinggi di hari akhirat dan kedudukan yang mulia karena
akhlaknya baik walaupun ia lemah dalam ibadah.” (HR. Thabrani)
Kedua, akhlak
yang baik adalah ukuran keimanan. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya; yang lemah lembut tidak pernah menyakiti
orang. Seorang manusia tidak akan mencapai hakikat iman sebelum dia mencintai
orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri dan sebelum tetangganya aman
dari gangguannya.” Para ulama sejak dahulu, mereka sangat memperhatikan
adab dan akhlak. Jangan sampai justru dakwah rusak karena pelaku dakwah itu
sendiri yang kurang adab dan akhlaknya. Ulama dahulu benar-benar mempelajari
adab dan akhlak bahkan melebihi perhatian terhadap ilmu.
Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata,
“Saya mempelajari adab selama tiga puluh tahun dan saya
mempelajari ilmu (agama) selama dua puluh tahun, dan ada-lah mereka (para ulama
salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu
kemudian baru ilmu.
Banyak juga sebagian dari orang orang yang memiliki ilmu
tapi kurang di akhlak mulianya, karna lebih mementikan kehidupan dunia dari
pada akhirat. Semoga kita tidak tergolang dalam orang orang seperti itu aamiin.
0 Komentar