Keterkaitan antara Ilmu dan Akhlak I Septia Ayu


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, beliau berkata,
“Seorang penuntut ilmu, jika tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, maka tidak ada faidah menuntut ilmunya.”
Dari situ kita dapat mengambil kesimpulan bahwa menuntut ilmu itu harus disandari dengan akhlak yang mulia atau perbuatan adab dan prilaku kita yang baik. Jika memiliki ilmu yang banyak tanpa adanya akhlak yang mulia maka ilmu yang di punya itu tidak ada faedahnya atau tidak ada manfaatnya. Akhlak mulia adalah suatu perbuatan baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang menyakti orang lain, dan harus menahan diri ketika disakiti orang lain. Untuk mewujudkan akhlak mulia harus mempelajari bagaimana akhlak mulia dalam Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki akhlak mulia sangat baik balasannya yaitu masuk surga dan merupakan sebab terbanyak orang masuk surga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.”  (HR At-Tirmidzi, Ibnu Maajah dan Al-Haakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Islam sangat memuliakan orang orang yang berilmu, bahkan mewajibkan semua penganut ajaran Islam untuk menuntut ilmu seperti disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Majah; “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap Muslim (baik perempuan maupun laki-laki),” namun Islam juga mensyaratkan akhlak untuk kesempurnaan ilmu.
Dalam Syarhul Hilyah Fii Thalabul Ilmi, syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan, orang yang menuntut ilmu wajib menghiasi dirinya dengan akhlak, sebab tanpa akhlak, ilmu yang didapat tak akan memiliki faedah sama sekali. Kepandaian dalam bidang keilmuan tertentu tak akan bisa memberi manfaat secara maksimal jika tak diiringi dengan akhlak yang mulia, sebab akhlak adalah ruh utama untuk kebermanfaatan ilmu. Sesungguhnya seluruh disiplin ilmu manapun, baik ilmu pengetahuan untuk kemudahan hidup di dunia lebih-lebih ilmu agama untuk kepentingan hidup di akhirat kelak, selalu menempatkan moral, etika, dan adab, sebagai implementasi dari akhlakul karimah. ada dua keutamaan bagi orang yang berakhlak.
Pertama, akhlak yang baik akan meningkatkan derajat. Dari Anas, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mencapai derajat yang tinggi di hari akhirat dan kedudukan yang mulia karena akhlaknya baik walaupun ia lemah dalam ibadah.” (HR. Thabrani)
Kedua, akhlak yang baik adalah ukuran keimanan. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya; yang lemah lembut tidak pernah menyakiti orang. Seorang manusia tidak akan mencapai hakikat iman sebelum dia mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri dan sebelum tetangganya aman dari gangguannya.” Para ulama sejak dahulu, mereka sangat memperhatikan adab dan akhlak. Jangan sampai justru dakwah rusak karena pelaku dakwah itu sendiri yang kurang adab dan akhlaknya. Ulama dahulu benar-benar mempelajari adab dan akhlak bahkan melebihi perhatian terhadap ilmu.
Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata,
“Saya mempelajari adab selama tiga puluh tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama dua puluh tahun, dan ada-lah mereka (para ulama salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu kemudian baru ilmu.
Banyak juga sebagian dari orang orang yang memiliki ilmu tapi kurang di akhlak mulianya, karna lebih mementikan kehidupan dunia dari pada akhirat. Semoga kita tidak tergolang dalam orang orang seperti itu aamiin.






Posting Komentar

0 Komentar