PENGALAMAN KENABIAN MUHAMMAD
(Pandangan Watt
tentang Wahyu dan Kenabian Muhammad)
Menurut Watt, pengakuan Muhammad bahwa ia merupakan seorang Nabi dan Rasul
serta menerima pesan-pesan dari Tuhan yang harus disampaikan kepada rekan-rekan
Arabnya, telah dikritik dan diserang bahkan sejak hari pertama klam tersebut
dikemukakan. Dari Al-Qur’an sendiri diketahui bahwa orang-orang pagan menyebut
pesan keTuhanan itu sebagai dongeng-dongeng masa silam ( asatir al-awwalin),
sementara orang-orang Yahudi Madinah pun mengejek klaim Nabi Muhammad tersebut
dengan banyak kritikkan. Kritik-kritik semacam ini kemudian diikuti oleh para
sarjana Kristen di Eropa.
Di Eropa abad pertengahan, terdapat
konsepsi yang terinci tentang Muhammad sebagai Nabi palsu, yang hanya berpura-pura
telah menerima pesan dari Tuhan. Sulit memang membuang konosepsi tersebut dari
kepala orientalis Eropa hingga masa Watt hidup, sehingga meluruskan propaganda
abad tengah semacam ini atau lainnya dari fikiran bangsa Eropa dan ummat
Kristen, menurutnya hanya bisa dilakukan secara perlahan.
Adapun para sarjana yang telah
mengkritik terhadap kenabian Nabi Muhammad Saw, seperti dituliskan Watt dalam Bell’s
Introduction to the Qur’an, yaitu:
Thomas
Carlyle yang menertawakan Muhammad sebagai seorang penipu yang menjadi pendiri
salah satu agama besar dunia.
Gustav
Well yang berusaha membuktikan kalau Muhammad Saw menderita penyakit ayyan.
Aloys
Sprenger yang mengusulkan ejekan tambahan bahwa Nabi Muhammad mengidap penyakit
hysteria.
Sir
William Muir yang mempertahankan semacam pendapat Muhammad sebagai Nabi palsu.
Di samping kritikkan-kritikkan para
orientalis di atas terhadap kenabian Muhammad, ada pula beberapa orientalis
yang meyakini akan kenabian Muhammad seperti:
Frans
Buhl yang menekankan kemaknaan kesejarahan yang bermakna luas dari gerakan
keagamaan yang diinagurasi Muhammad.
Richard
Bell yang berbicara tentang karakter praktis dan faktual dari kegiatan Muhammad
pribadi dan bahkan sebagai seorang Nabi.
Tor
Andrae yang menelaah pengalaman Nabi dari sudut psikoloagi dan menemukan bahwa
pengalaman kenabian tersebut benar-benar sejati. Ia juga berpendapat bahwa
Muhammad memiliki pesan kenabian bagi masa dan generasinya.
Menurut Watt, dari sekian pandangan
di atas, khususnya beberapa kritik yang bersifat merugikan, perhatian mereka
lebih ditumpukan pada hadist-hadist tertentu ketimbang pada al-Qur’an sendiri. Menurutnya, tidak masuk
akal jika seseorang menderita penyakit ayan, hysteria, atau gangguan emosi yang
tidak terkendali bisa menjadi pemimpin yang aktif dalam ekspedisi-ekspedisi
militer, atau pemandu yang berpandangan luas dan tenang dari suatu negara-kota
dan suatu masyarakat keagamaan yang sedang berkembang. Dalam masalah-masalh
semacam ini prinsip yang seharusnya dipegang oleh sejarahwan adalah data
al-Qur’an dan hanya menerima hadist sepanjang selaras hasil kajian terhadap
al-Qur’an. Dengan demikian konsepsi-konsepsi abad pertengahan sudah semestinya
dikesampingkan, dan Muhammad harus dipandang sebagai seorang yang tulus serta
telah mengemukakan secara jujur pesan-pesan yang diyakininya berasal dari
Tuhan.
William Montgomery Watt beranggapan
bahwa Muhammad terdapat kedalaman dari imajinasi kreatif, dan gagasan-gagasan
yang dilahirkan sebagai besar adalah benar dan baik. Khususnya terdapat pada
satu soal yang nampaknya tidak sehat, gagasan bahwa wahyu hasil imajinasi
kreatif itu lebih tinggi dari tradisi manusia biasa sebagai sumber fakta
sejarah yang telanjang. Terdapat beberapa ayat dala al-Qur’an (11: 49; 3: 39;
12: 103) yang menyatakan bahwa orang bisa mengakui bahwa imajinasi kreatif
mampu memberikan interprestasi yang baru dan lebih benar tentang suatu
peristiwa sejarah, akan tetapi membuatnya sebagai sumber dari fakta telanjang
adalah berlebih-lebihan dan tidak benar.
Jadi,
menurut William Montgomery Watt, Muhammad adalah seorang yang imajinasi
kreatifnya bekerja dalam tingkat yang paling dalam dalam menghasilkan
gagasan-gagasan yang relevan pada pertanyaan sentral keberadaan manusia,
sehingga agamanya mempunyai himbauan yang tersebar luas, tidak hanya pada
abadny melainkan pula pada abad-abad
sesudahnya. Tidak semua gagasan-gagasan yang didakwahkannya benar dan tidak,
akan tetapi rahmat Tuhan telah memungkinkan memberikan agama yang lebih baik
pada tujuan manusia dari yang mereka punyai sebelum “ mengakui tak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah”.
0 Komentar