Makna Aqidah I Rizky Hermanto Putra

Image result for aqidah islam
pict bt : https://medium.com/

Kata “aqidah” diambil dari kata al-‘aqdu, yakni ikatan dan tarikan yang kuat. Ia juga berarti pemantapan, penetapan, kait-mengait, tempel-menempel, dan penguatan. Perjanjian dan penegasan sumpah juga disebut ‘aqdu. Jual-beli pun disebut ‘aqdu, karena ada keterikatan antara penjual dan pembeli dengan ‘aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga sebutan ‘aqdu untuk kedua ujung baju, karena keduanya saling terikat.[1]

Ibnu Taymiyah dalam bukunya “Aqidah Al-Wasitiyyah” menerangkan makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh kekurangan dan juga tidak dipengaruhi oleh prasangka.[2]  Sedang Shekh Hasan al-Bannah dalam bukunya “al-Aqaid” menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehinga menjadi ketenagan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.[3]

Aqidah Islamiyah telah memecahkan ‘uqdah al-kubra’ (perkara besar) pada manusia. Aqidah Islam juga memberikan jawaban aras pertanyaan-pertanyaan manusia, sebab Islam telah menjelaskan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah ciptaan (makhluk) bagi pencipta (al-Kahliq) yaitu Allah swt, dan bahwasannya setelah kehidupan ini akan ada hari kiamat. Sudah hakitnya kite menjalankan printah printah dan meninggalkan apa apa yang di larang oleh allah swt, Karena kita meyakini bahwa setelah kehidupan di dunia ini masih ada kehidupan berikutnya. Karena al-qurantelah menetapkan rukun-rukunya.

Menurut hasan al-Banna "Aqa'id bentuk jamak rai aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-raguan".[4]

Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy "Aqidah adalah kebenaran yang dapat ditelaah oleh akal pemikiran manusia, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipastikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.[5]

"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", (al-Baqarah, 285)

Aqidah memiliki 3 bentu kekhususan diantaranya ialah:[6]
1.      Aqidah Islam dibangun berlandaskan akal. Selama kita beriman kepada Allah, al-quran, dan kepada kenabian Mihammad saw dengan jalan akal, maka wajib bagi kita mengimani segala hal yang diberitakan al-Quran kepada kita. Sama saja apakah yang diberitakan itu dapat dijabgkau oleh akal dan panca indera manusia, atau berupa perkara-perkara ghaib yang sama sekali tidak dapat dijangkau oleh panca indera manusia seperti hari akhir, malaikat, dan perkara-perkara ghaib lainnya.
2.      Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia. Beragama (al-tadayun) merupakan hal yang fitri pada diri manusia. Perwujudan dari naluri beragama ini adalah kenyatan bahwa dirinya penuh kelemahan, kekurangan, dan serta membutuhkan terhadap sesuatu yang lain. Kemudian aqidah Islan hadir untuk memberikan pemenuhan terjadap naluri beragama yang ada pada diri manusia, dan membimbing mausia untuk mendapatkan kebenaran akan adanya Pencipta Yang Maha Kuasa
3.      Aqidah Islam Komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah makhluk. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakn setelah kehidupan dunia adakan ada hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan manusia dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah swt.



[1] Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis Al-Lughah (terj.), (Bandung: Pustaka Setia. 2006), 86-90
[2] Abdul Rozak,  Aqidah Islam menurut Ibnu Taimiyah, (Bandung : Al-Ma’arif, 1983), 6
[3] Ibid., 9
[4] Muhammad Husaim Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, (Yogyakarta: Pustaka Thariqatul Izzah, 2001), 59
[5] Ibid., 60
[6] Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1987), 36

Posting Komentar

0 Komentar