Hadis hadis tentang Al Qur'an dalam 7 huruf

 Sejak diturunkan beberapa abad yang lalu, keotentikan al-Qur’ân tetap terjaga dan terpelihara tanpa tersentuh oleh perubahan dan kemusnahan. Pemeliharaan tersebut telah berlangsung sejak zaman Nabi Saw, mulai dengan cara pemeliharaan lewat hafalan dan rekaman secara tertulis terhadap teks-teks alQur’ân setelah wahyu diturunkan, dilanjutkan dengan pengumpulan dan kodifikasi terhadap teks-teks al-Qur’ân sampai kepada studi terhadap al-Qur’ân. 

Studi terhadap al-Qur’ân, sebagai sumber ajaran Islam, telah memotivasi lahirnya berbagai disiplin ilmu dalam ruang lingkup ‘Ulûm al Qur’an. Ilmu-ilmu tersebut muncul seiring dengan usaha untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul dalam proses pemahaman terhadap pesan-pesan dan isyarat kitab suci tersebut. 

Konsep sab’ah ahruf adalah salah satu konsep yang muncul berdasarkan pemahaman terhadap riwayat-riwayat yang menginformasikan bahwa al-Qur’an diturunkan dalam 7 huruf.  Makna sab’ah ahruf yang diungkapkan oleh riwayatriwayat tersebut dipahami berbeda oleh para ulama. Adanya pemahaman bahwa al-Qur’an diturunkan dengan sab’ah ahruf memunculkan asumsi bahwa ada versiversi ayat al-Qur’an yang tidak dituliskan dalam mushhaf yang disusun pada masa Usman bin Affan, karena hanya satu versi yang dipilih dan ditampilkan. 

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memahami hadis-hadis tujuh huruf tersebut perlu adanya kajian secara teks dan konteks, Agar apa yang dimaksud oleh Rasul dengan 7 huruf pada hadis tersebut dapat dimaknai sesuai dengan konteks kekinian, setidaknya dapat menjadi alternatif pemahaman untuk meminimalisir timbulnya perbedaan pendapat.  

 

Hadis-Hadis Sab’ah Ahruf 

Munculnya konsep sab’atu ahruf dalam kajian ulum al-Qur’an didasari oleh adanya hadis-hadis yang secara tekstual menjelaskan tentang hal tersebut. Secara garis besar hadis-hadis yang menginformasikan tentang turunnya al-Qur’an dengan 7 huruf dapat diklasifikasikan kepada 3 kelompok; pertama, hadis-hadis yang menggambarkan perbedaan para shahabat dalam membaca suatu ayat, kemudian mereka mengklarifikasikan bacaan mereka masing-masing kepada nabi, yang kemudian semuanya dibenarkan oleh nabi karena al-Qur’an diturunkan  ;dalam tujuh hurufحَدَّث نَا عَبدُ اللهِ بنَُيوسُفَ،َأخْبَ رناَمَالكٌ، عَنِ ابنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوةََبنِ الزب يِْْ، عَنْ عَبْدِ الرحََْنِ بْنِ عبدٍ القَاريِّ،َأنهُ قالَ: سََِعْتُ عمَرَ بنَ الخطابِ رضِيَ اللهُ عَنْهُ، ي قُولُ: سََِعْتُ هِشَامَ بنَ حَكَِيمِ بنِ حِزام، ي قْرأُ سُورةَ الفُرْقانِ عَلىَغَيِْْ مَا أقَْ رؤهَا، وكَانَ رسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَليْهِ وَسََلمَ أقْ رأنيهَا، وكدْتُ أنْ أعْجَلَ عَليْهِ، ثَُُّ أمْهَلْتهُ حَتََّّ انصَرفَ، ثََُُّلببْتهَُ بردَائهِ، فجِئْتَُبهِ َرسُولَ اللهَِصَلى اللهُ عَليهِ وَسَلمَ، َفَ قُلتُ: َإنَِِّّسَََِعْتَُ هَذَاَي قْرأُ عََلى غيِْْ َمَاَأقْ رأتَنيهَا،َفَ قَالََلِ: «أرسِلْهَُ»، ثَُُّ قالَ لهُ: «اقْ رأْ»،َفَ قَرأَ، قالَ: «هَكَذَا أنزلتَْ»، ثََُُّقالََلِ:َ«اقْ رأْ»،َفَ قَرأتُ،َفَ قَالَ:َ«هَكَذَاَأنزلتَْإنَّ القُرآنََ أنزلَ عَلى سَبْ عَةََِأَحْرفٍ،َفاقْ رءواَ مِنْهََُ مَاَ تَ يسَّر»  

 

Artinya; Aku mendengar Umar bin Khathab r.a. berkata : Aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surat al-Furqan bukan berdasarkan apa yang aku baca, padahal Rasulullah yang mengajari bacaannya, nyaris aku menghajarnya, aku tunggu sampai ia selesai (shalat), Kemudian Aku tarik ia, lalu membawanya menghadap Rasulullah, Aku laporkan : Aku mendengar ia membaca (ayat) berbeda dengan apa yang telah bacakan kepadaku, berkata Rasul :“lepaskan dia” kemudian beliau berkata : Bacalah, lalu ia membacanya, Rasul berkata: “Demikianlah al-Qur’an diturunkan”, kemudian Rasul berkata kepadaku : “Bacalah”, Lalu aku baca, Beliau berkata “ “Demikianlah alQur’an diturunkan, Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan berdasarkan 7 huruf, bacalah oleh kalian al-Qur’an tersebut mana  yang memudahkan” 

حَدَّث نَا مُُمَّدَُبنُ عَبْدِ اللِه بنِ نُُيٍْْ، حَدَّث نا أبِ، حَدَّث نا إسَْاعِيلَُ بنَُ أبَِ خَالدٍ، عَنْ عَبْدِ اللِهَ بنِ عِيسَىَ بنِ عَبْدِ الرحْنَِبنَِأبَِليْ لى، عَنْ جَدِّهِ، عَنََْأبَِِّ بنِ كَعْبٍَ،َقالَ: كُنتََُفِ المَسْجِدِ،َفدَخَلََرجُلٌ يصَلي،َفَ قَرأََقرَاءةً أنكَرْت هَا عَليْهِ،َثَُُّ دَخَلَ آخَرُ َفَ قَرأَ قراءَةً سِوى قَ راءةِ صَاحِبهِ، َفَ لمَّا قضَيْ نا الصَّلََةَ دَخَلْنا جََِيعًا عَلى رسُولِ اللِه صَلى اللهُ عَليهَِوَسَلمَ، فَ قُلتُ: إنَّ هَذَا قَ رأَ قراءةًَ أنكَرْت هَا عَليْهِ، وَدَخَلَ آخَرُ فَ قَرأَ سِوى قراءةِ صَاحِبهِ، فأمَرهَُُا رَسُولَُ اللِهَصَلى اللُهَعَليْهِ وَسََلمَ، َفَ قَرآ، َفحَسََّنَ النَِّبُِّ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَسَلمَ شَأنَ هُمَا، َفسَقَطََ فِِ َن فْسِي مِنََ التَّكْذِيبِ، وَََ إِْ كُنْتُ فَِِالْْاهِليةِ، فَ لمَّا رأى رسُولُ اللِهَصَلى اللهُ عَليْهَِ وَسَلمَ مَا قدْ غَشِينِِ، ضَربَ فَِصَدْري، ففِضْتُ عَرقا وكَأنَُّاْ أنظرُ إلَََاللِه عَزَّ وجََلَّ َفَ رقا، َفَ قَالَ لِ: َ" َيا َأبَُِّ َأرسِلَ َإلََِّ أنِ اقْ رأِ القُرآنَ عَلى حَرفٍَ، َفَ ردَدْتُ َإلَيْهِ َأنْ هَوِّنْ عَلى َأمَِّ ، َفَ ردََّإلََِّ الثانيةَ اقْ رأهُ عَلى حَرْفَ يِْْ، َفَ ردَدْتُ إليهِ أنْ هَوِّنْ عَلىِ أمَِّ ، فَ ردَّ إلََِّ الثالثةََ اقْ رأهُ عَلى سَبْ عَةِ أحْرفٍ، فَ لكَ بكُلَِّردَّةٍ ردَدْتكَهَا مَسْألةٌ تسْألنيهَا، فَ قُلتُ: اللهُمَّ اغَْفِرْ لِِمَِّ ، اللهُمََّ اغْفِرْ لِِمَِّ ، وَأخَّرْتُ الثَّالثةَ ليَ وْم َي رغَبَُ َإلََِّ الْخلقََُكُلهُمْ، حَتَََّّ إبْ راهِيمُ صَلى اللهُ عَليْهِ وَسَلمََ."  

 

Artinya; Hadis dari Ubay bin Kaab, ia berkata : Aku berada di Masjid ketika masuk seorang laki-laki kemudian shalat, ia membaca bacaan yang aku mengingkarinya, kemudian masuk lagi orang lainnya kemudian membaca bacaan yang berbeda, maka setelah selesai shalat kami semua menghadap Rasulullahn Saw, aku sampaikan : “Sesungguhnya orang ini membaca bacaan yang aku mengingkarinya, kemudian masuk lagi yang lainnya dan masuk pula yang lain membaca (ayat) yang berbeda dengan temannya. Rasul menyuruh mereka berdua membacanya kemudian Nabi memuji keduanya, maka sirnalah dalam diriku sikap mendustakan dan tidak seperti diriku di zaman jahiliyyah. Rasul menyadari kegelisahanku dan menepuk dadaku hingga keringat dinginku mengucur seolah aku melihat kelompok-kelompok di hadapan Allah. Rasul berkata kepadaku : Ubai, telah diutus kepadaku (malaikat) untuk membacakan al-Qur’an dengan satu huruf, aku meminta kepadanya untuk memberi kemudahan untuk umatku, kemudian ia kembali kali yang kedua : bacalah al-Qur’an dengan dua huruf, aku meminta lagi agar memberi kemudahan untuk umatku, kemudian ia (jibril) kembali lagi kali yang ketiga, : “Bacalah al-Qur’an dengan tujuh huruf. terserah padamu Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan pertanyaan permintaan lagi”. Kemudian aku menjawabnya: “ya Allah! Ampunilah umatku, ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana semua makhluk mencintaiku sampai Nabi Ibrahim as. 

 

Kedua, hadis-hadis yang menggambarkan usaha negosiasi nabi Muhammad, agar umat Islam diberikan keringanan dalam bacaan al-Qur’an. 


Sejak diturunkan beberapa abad yang lalu, keotentikan al-Qur’ân tetap terjaga dan terpelihara tanpa tersentuh oleh perubahan dan kemusnahan. Pemeliharaan tersebut telah berlangsung sejak zaman Nabi Saw, mulai dengan cara pemeliharaan lewat hafalan dan rekaman secara tertulis terhadap teks-teks alQur’ân setelah wahyu diturunkan, dilanjutkan dengan pengumpulan dan kodifikasi terhadap teks-teks al-Qur’ân sampai kepada studi terhadap al-Qur’ân.
Studi terhadap al-Qur’ân, sebagai sumber ajaran Islam, telah memotivasi lahirnya berbagai disiplin ilmu dalam ruang lingkup ‘Ulûm al Qur’an. Ilmu-ilmu tersebut muncul seiring dengan usaha untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul dalam proses pemahaman terhadap pesan-pesan dan isyarat kitab suci tersebut.
Konsep sab’ah ahruf adalah salah satu konsep yang muncul berdasarkan pemahaman terhadap riwayat-riwayat yang menginformasikan bahwa al-Qur’an diturunkan dalam 7 huruf. Makna sab’ah ahruf yang diungkapkan oleh riwayatriwayat tersebut dipahami berbeda oleh para ulama. Adanya pemahaman bahwa al-Qur’an diturunkan dengan sab’ah ahruf memunculkan asumsi bahwa ada versiversi ayat al-Qur’an yang tidak dituliskan dalam mushhaf yang disusun pada masa Usman bin Affan, karena hanya satu versi yang dipilih dan ditampilkan.
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memahami hadis-hadis tujuh huruf tersebut perlu adanya kajian secara teks dan konteks, Agar apa yang dimaksud oleh Rasul dengan 7 huruf pada hadis tersebut dapat dimaknai sesuai dengan konteks kekinian, setidaknya dapat menjadi alternatif pemahaman untuk meminimalisir timbulnya perbedaan pendapat.
B. Hadis-Hadis Sab’ah Ahruf
Munculnya konsep sab’atu ahruf dalam kajian ulum al-Qur’an didasari oleh adanya hadis-hadis yang secara tekstual menjelaskan tentang hal tersebut. Secara garis besar hadis-hadis yang menginformasikan tentang turunnya al-Qur’an dengan 7 huruf dapat diklasifikasikan kepada 3 kelompok; pertama, hadis-hadis yang menggambarkan perbedaan para shahabat dalam membaca suatu ayat, kemudian mereka mengklarifikasikan bacaan mereka masing-masing kepada nabi, yang kemudian semuanya dibenarkan oleh nabi karena al-Qur’an diturunkan ;dalam tujuh hurufحَدَّث نَا عَبدُ اللهِ بنَُيوسُفَ،َأخْبَ رناَمَالكٌ، عَنِ ابنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوةََبنِ الزب يِْْ، عَنْ عَبْدِ الرحََْنِ بْنِ عبدٍ القَاريِّ،َأنهُ قالَ: سََِعْتُ عمَرَ بنَ الخطابِ رضِيَ اللهُ عَنْهُ، ي قُولُ: سََِعْتُ هِشَامَ بنَ حَكَِيمِ بنِ حِزام، ي قْرأُ سُورةَ الفُرْقانِ عَلىَغَيِْْ مَا أقَْ رؤهَا، وكَانَ رسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَليْهِ وَسََلمَ أقْ رأنيهَا، وكدْتُ أنْ أعْجَلَ عَليْهِ، ثَُُّ أمْهَلْتهُ حَتََّّ انصَرفَ، ثََُُّلببْتهَُ بردَائهِ، فجِئْتَُبهِ َرسُولَ اللهَِصَلى اللهُ عَليهِ وَسَلمَ، َفَ قُلتُ: َإنَِِّّسَََِعْتَُ هَذَاَي قْرأُ عََلى غيِْْ َمَاَأقْ رأتَنيهَا،َفَ قَالََلِ: «أرسِلْهَُ»، ثَُُّ قالَ لهُ: «اقْ رأْ»،َفَ قَرأَ، قالَ: «هَكَذَا أنزلتَْ»، ثََُُّقالََلِ:َ«اقْ رأْ»،َفَ قَرأتُ،َفَ قَالَ:َ«هَكَذَاَأنزلتَْإنَّ القُرآنََ أنزلَ عَلى سَبْ عَةََِأَحْرفٍ،َفاقْ رءواَ مِنْهََُ مَاَ تَ يسَّر»
Artinya; Aku mendengar Umar bin Khathab r.a. berkata : Aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surat al-Furqan bukan berdasarkan apa yang aku baca, padahal Rasulullah yang mengajari bacaannya, nyaris aku menghajarnya, aku tunggu sampai ia selesai (shalat), Kemudian Aku tarik ia, lalu membawanya menghadap Rasulullah, Aku laporkan : Aku mendengar ia membaca (ayat) berbeda dengan apa yang telah bacakan kepadaku, berkata Rasul :“lepaskan dia” kemudian beliau berkata : Bacalah, lalu ia membacanya, Rasul berkata: “Demikianlah al-Qur’an diturunkan”, kemudian Rasul berkata kepadaku : “Bacalah”, Lalu aku baca, Beliau berkata “ “Demikianlah alQur’an diturunkan, Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan berdasarkan 7 huruf, bacalah oleh kalian al-Qur’an tersebut mana yang memudahkan”
حَدَّث نَا مُُمَّدَُبنُ عَبْدِ اللِه بنِ نُُيٍْْ، حَدَّث نا أبِ، حَدَّث نا إسَْاعِيلَُ بنَُ أبَِ خَالدٍ، عَنْ عَبْدِ اللِهَ بنِ عِيسَىَ بنِ عَبْدِ الرحْنَِبنَِأبَِليْ لى، عَنْ جَدِّهِ، عَنََْأبَِِّ بنِ كَعْبٍَ،َقالَ: كُنتََُفِ المَسْجِدِ،َفدَخَلََرجُلٌ يصَلي،َفَ قَرأََقرَاءةً أنكَرْت هَا عَليْهِ،َثَُُّ دَخَلَ آخَرُ َفَ قَرأَ قراءَةً سِوى قَ راءةِ صَاحِبهِ، َفَ لمَّا قضَيْ نا الصَّلََةَ دَخَلْنا جََِيعًا عَلى رسُولِ اللِه صَلى اللهُ عَليهَِوَسَلمَ، فَ قُلتُ: إنَّ هَذَا قَ رأَ قراءةًَ أنكَرْت هَا عَليْهِ، وَدَخَلَ آخَرُ فَ قَرأَ سِوى قراءةِ صَاحِبهِ، فأمَرهَُُا رَسُولَُ اللِهَصَلى اللُهَعَليْهِ وَسََلمَ، َفَ قَرآ، َفحَسََّنَ النَِّبُِّ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَسَلمَ شَأنَ هُمَا، َفسَقَطََ فِِ َن فْسِي مِنََ التَّكْذِيبِ، وَََ إِْ كُنْتُ فَِِالْْاهِليةِ، فَ لمَّا رأى رسُولُ اللِهَصَلى اللهُ عَليْهَِ وَسَلمَ مَا قدْ غَشِينِِ، ضَربَ فَِصَدْري، ففِضْتُ عَرقا وكَأنَُّاْ أنظرُ إلَََاللِه عَزَّ وجََلَّ َفَ رقا، َفَ قَالَ لِ: َ" َيا َأبَُِّ َأرسِلَ َإلََِّ أنِ اقْ رأِ القُرآنَ عَلى حَرفٍَ، َفَ ردَدْتُ َإلَيْهِ َأنْ هَوِّنْ عَلى َأمَِّ ، َفَ ردََّإلََِّ الثانيةَ اقْ رأهُ عَلى حَرْفَ يِْْ، َفَ ردَدْتُ إليهِ أنْ هَوِّنْ عَلىِ أمَِّ ، فَ ردَّ إلََِّ الثالثةََ اقْ رأهُ عَلى سَبْ عَةِ أحْرفٍ، فَ لكَ بكُلَِّردَّةٍ ردَدْتكَهَا مَسْألةٌ تسْألنيهَا، فَ قُلتُ: اللهُمَّ اغَْفِرْ لِِمَِّ ، اللهُمََّ اغْفِرْ لِِمَِّ ، وَأخَّرْتُ الثَّالثةَ ليَ وْم َي رغَبَُ َإلََِّ الْخلقََُكُلهُمْ، حَتَََّّ إبْ راهِيمُ صَلى اللهُ عَليْهِ وَسَلمََ."
Artinya; Hadis dari Ubay bin Kaab, ia berkata : Aku berada di Masjid ketika masuk seorang laki-laki kemudian shalat, ia membaca bacaan yang aku mengingkarinya, kemudian masuk lagi orang lainnya kemudian membaca bacaan yang berbeda, maka setelah selesai shalat kami semua menghadap Rasulullahn Saw, aku sampaikan : “Sesungguhnya orang ini membaca bacaan yang aku mengingkarinya, kemudian masuk lagi yang lainnya dan masuk pula yang lain membaca (ayat) yang berbeda dengan temannya. Rasul menyuruh mereka berdua membacanya kemudian Nabi memuji keduanya, maka sirnalah dalam diriku sikap mendustakan dan tidak seperti diriku di zaman jahiliyyah. Rasul menyadari kegelisahanku dan menepuk dadaku hingga keringat dinginku mengucur seolah aku melihat kelompok-kelompok di hadapan Allah. Rasul berkata kepadaku : Ubai, telah diutus kepadaku (malaikat) untuk membacakan al-Qur’an dengan satu huruf, aku meminta kepadanya untuk memberi kemudahan untuk umatku, kemudian ia kembali kali yang kedua : bacalah al-Qur’an dengan dua huruf, aku meminta lagi agar memberi kemudahan untuk umatku, kemudian ia (jibril) kembali lagi kali yang ketiga, : “Bacalah al-Qur’an dengan tujuh huruf. terserah padamu Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan pertanyaan permintaan lagi”. Kemudian aku menjawabnya: “ya Allah! Ampunilah umatku, ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana semua makhluk mencintaiku sampai Nabi Ibrahim as.
Kedua, hadis-hadis yang menggambarkan usaha negosiasi nabi Muhammad, agar umat Islam diberikan keringanan dalam bacaan al-Qur’an.
حَدَّث نا إسَْاعِيلُ، قالَ: حَدَّثنِِ سُليمَانُ، عَنْ يونسَ، عَنِ ابنِ شِهَابٍ، عَنْ عُبَ يدِ اللهِ بنِ عَبْدِ اللَّهِ بنِ عتْبةَ بنَِمَسْعودٍ، عَنِ ابنِ عَباسٍ رضِيَ اللهُ عَنْ هُمَا:َأنََّرسُولََ اللهَِصَلى اللهُ عَليْهِ وَسَلمَ،َقالَ:َ«أَقْ رأنِّ جِبْْيلُ عَلى حَرفٍَ،َفَ لمَْأزلَْأسْتزيدُهُ حَتََّّ انْ تَ هَىَ إلََ سَبْ عَةَِأحْرفٍَ»
Artinya: Hadis dari Ibnu Abbas : Bahwa Rasulullah bersabda : Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, lalu aku berulangkali memintanya menambahnya hingga sampai tujuh huruf”
- حَدَّث ناَابنُ المُثَ نََّّ، حَدَّث نا مُُمَّدُ َبنُ جَعْفَرٍ، حَدَّث نَا شُعْبةُ، عَنِ الْْكَمِ، عَنْ مُُاهِدٍ، عَنِ ابْنَِأبِ ليْ لى، عَنْ أبََِِّبنِ كَعْبٍ، أنََّ النَِّبَِّ صَلى اللهُ عَليهِ وَسَلمَ كَانَ عِندَ أضَاةِ بنِِ غِفَارٍ، فأتاهُ جِبْْيلُ صَلى اللهُ عَليْهِ وَسََلمَ، فَ قَالَ: عزََّوجَلَّ َيأمُركَ َأنَْ َت قْرئَ أمَّتكَ عَلى حَرفٍ، َقالَ: َ«أسْألُ اللهَ َمُعَافاتهُ وَمَغْفِرتَهُ، أمََّ ََ َتطِيقُ َْلكََ»، ثََُُّ َأتاهُ َثانيةًَفذكَرَ نََوَ هَذَا حَتَََّّب لغَ سَبْ عةََأحْرفٍ،َقالَ:َ«إنَّ اللهَ يأمُركَ أنَْت قْرئََأمَّتكَ عَلى سَبْ عَةَِأحْرفٍ، فأيُُّّا حَرفٍَقَ رءواَ
عَليْهِ،َفَ قَدْ أصَابوا»
Artinya: Hadis dari Ubay bin Kaab : Bahwa Nabi Saw berada di Oase Bani Ghifar , Jibril mendatangi beliau dan berkata : Allah memerintahkan Engkau, untuk membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf, Rasul menjawab Aku memohon perlindungan dan ampunan Allah, sesungguhnya umatku tidak mampu melakukannya.” Kemudian Jibril mendatanginya lagi dan berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu membaca Al Quran kepada umatmu dalam dua huruf.” Nabi memberikan jawaban yang sama, sampai tujuh ahruf. Jibril berkata : Sesungguhnya Allah memerintahkan membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Huruf apa saja yang mereka gunakan dalam pembacaan Al Quran, maka mereka mendapatkan pahala.”
 Ketiga; hadis-hadis yang merupakan informasi dari nabi bahwa al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf.

Posting Komentar

0 Komentar