BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu mantiq
(logika) muncul dan berkembang pertama kali di negara Yunani dipelopori oleh
Aristoteles. Bagi bangsa Yunani, dan bahkan bangsa di seluruh dunia,
Aristoteles adalah ikon rasionalitas. Dia adalah peletak dasar cara berpikir
yang tersusun dalam premis-premis (mukaddimah-mukaddiruah), dan kemldian
ditarik sebuah konklusi (natryal). Apa yang dilakukan Aristoteles ini disebut
manti4 (logika).
Baru sekitar abad ke-2 M bangsa Arab mengar.lopsinya dan diterjemahkan sebatas segi bahasa yaitu kalam dan talafitdz tanpa menghubungkannya dengan makna sebenarnya yang digunakan di Yunani ketika itu. Sejarah mencatat, banyak karya Aristoteles telah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Syria, Arab, Persia dan India. Maka tak heran jika metode Aristoteles sangat'heboh merasuki hampir di segala cabang ilmu pengetahuan.
Kecaman dan penolakan terhadap mantik berawal ketika AlMutawakkil mulai menduduki kekhalifahan Abbasiyah (846 M/n2 H). Penentang terbesar terhadap pemikiran Yunani adalah golongan teolog Asy'ariyah terutama Al-Ghazali (1059-1111 M). Perlawanan tersebut meluas dari wilayah timur hingga barat. Namun barat Islam lebih terpengaruh akan hal ini karena mayoritas bermadzhab Maliki
Perjalanan rnantik mulai tersebar di Andalusia dan Persia dari abad ke12 hingga abad ke-13 M. dengan tatanan baru yang mulai terbebaskan dari filsafat. Ketika mantik dianggap hanya dibutuhkan dalam filsafat, AlGhazali memberikan inovasi baru yaifu membawa mantik secara perlahan memasuki wilayah kalam, nahwu, fiqih, ushul fiqh dal ilmu sosial. Karena logika adalah perantara dalam segala hal, tidak hanya problem-problem teologis dan filsafat saja. Seiak itu Al-Ghazali melegitimasi umat muslim untuk mempelajari logika dalam kapasitasnya sebagai kewajiban komunal (fardhu kifnyah).
Oleh karena itu
perkembangan ilmu mantiq dan tetap dijaga, dipelajari dan juga dilestarikan
sampai sekarang. Diantara cara merawatnya ialah dengan mempelajari ilmunya
kepada orang yang mengetahui dan ahli dalam bidangnya. Terkhusus dalam makalah
ini kami himpunkan beberapa penjelasan dari Definisi Ilmu Mantiq beserta
Contohnya.
B.
Rumusan Masalah
- Apa definisi ilmu Mantiq ?
- . Apa contoh dari mantiq ?
C.
Tujuan dan Manfaat
- Untuk
mengetahui definisi ilmu mantiq
- Untuk
mengetahui contoh dari mantiq
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Ta’rif Ilmu Mantiq
Ilmu adalah
satu lafadz yang mempunyai pengertian ganda, pertama, berarti apa yang diketahui (Al-Ma’rifah), yakni dipercaya
dengan pasti dan sesuai dengan kenyataan yang muncul dari suatu alas an
argumentasi yang disebut dalil, kedua, gambaran
yang ada pada akal tentang sesuatu. Seperti kuda, kambing, dan sebagainya.
Dengan menyebut, atau mendengar lafadz tersebut dengan swndirinya muncul
gambaran pada akal. Lafadz yang ada gambaran dalam akal inilah yang disebut
dengan tasawur.
Sedangkan mantiq (logika) disebut ju ga mi'yar al-ulum (standar beberapa ilmu) dan ilmu mizan (ilmu pengukur), Cabang ilmu ini dinamakan mantiq, karena secara bahasa mantiq memiliki keterkaitan dengan tiga pemaknaan :
- Beberapa
pemahaman yang bersifat menyeluruh (al-idzrakat alkulliyat
- Kemampuan berplki (al-quwwah al-'aqilah), sebagai sumber lahimya beberapa pemahaman di atas
- Penyampaian (pengucapan) atas beberapa pemahaman tersebut
Pengertian ilmu mantiq secara istilah adalah Suatu alat berisi aturan-aturan dimana dengan menjaganya, dapat melindungi hati dari kesalahan berfikir.
Ilmu mantiq dapat di sebut juga ilmu logika aristotalian atau logika tradisional atau logika formal, para ulama bervariasi dalam memberikan rumusan definisi ilmu mantiq meski memiliki esensi yang sama, yaitu digunakan untuk menunjukkan sub disiplin ilmu, dalam Syukriadi Sambas (2012: 2-4) menyebutkan tiga rumusan ulama mantiq yaitu:
Tatanan berpikir yang dapat memelihara otak dari kesalahan berpikir
dengan pertolongan Allah SWT (Syekh Abu Abdullah Muhammad Ahmad Muhammad
„Ulaisyi).
Suatu alat yang mengatur kerja otak dalam berpikir agar terhindar
dari kesalahan; selain merupakan ilmu kecermatan praktis (Syekh al-Jurjani).
Ilmu yang membahas objek-objek pengetahuan tashawur dan tashdiq
untuk mencapai interaksi dari keduanya, atau suatu pemahaman yang dapat
mendeskripsikan tashawur dan tashdiq.
Dapat dikatakan ilmu mantiq adalah ilmu berpikir benar, Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani (2008: 223-224) mengatakan “logika tidak lain dari berpikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau bedasarkan hubungan sebab akibat pada dasarnya berpikir adalah mempertalikan isi pikiran dengan hubungan yang tepat”, sedangkan menurut Aristoteles dalam Imam Asy Syahrastani (2006: 106) “ilmu logika adalah standar untuk menguji benar dan salah, hak dan batil”.
A.C. Ewing (2008: 13) mengatakan “logika, cabang ilmu ini sulit dipisahkan dari epistemologi namun secara umum dianggap sebagai disiplin yang berbeda. Logika adalah studi tentang berbagai jenis proposisi yang berbeda dan hubungan di antara mereka yang menjustifikasi kesimpulan. Beberapa bagian dari studi ini berhubungan erat dengan matematika, sebagian yang lain mungkin bisa diklasifikasikan termasuk ke dalam epistemologi (sub disiplin pengambilan pengetahuan/ theory of knowledge)”. Mengingat definisi Ewing telah mengikutiperkembangan logika terbaru, maka ilmu mantiq tidak dapat dipadankan dengan logika secara umum, hanya sepadan dengan logika formal belaka, atau dapat dikatakan sub dari ilmu logika untuk era modern dan pasca modern.
B. Contoh Ilmu Mantiq
Kebenaran dalam berfikir terbagi dalam beberapa bagian, diantaranya:
- Ada 3 macam kebenaran: kebenaran agama, kebenaran filsafat dan kebenaran ilmu.
- Kebenaran agama bersifat absolut berdasarkan keyakinan, kebenaran filsafat bersifat apriori (rasional-spikulatif), kebenaran ilmu bersifat a posteriori (rasional-empirik), logiko-hipotetiko-verifikatif. Keduanya bersifat relatif.
Cara mendapatkan kebenaran melalui 2 metode: Induksi dan deduksi Induksi
adalah menarik kesimpulan dari yang khusus ke umum.
Contoh: Besi dipanaskan memuai, emas dipanaskan memauai, timah dipanaskan memuai, platina dipanaskan memuai Jadi, semua logam jika dipanaskan memuai.
Metode induksi adalah menarik kesimpulan dari yang umum ke khusus.
Contoh: Semua logam jika dipanaskan memuai Besi adalah logam Maka besi jika
dipanaskan memauai. Dst. Sillogisme Aristoteles: Semua manusia pasti mati
(premis minor) Ali adalah manusia (premis mayor) Maka Ali akan mati (Konklusi).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu mantiq adalah kaidah bernalar baik dan benar, dewasa ini ilmu logika sudah mengalami revolusi besar semenjak Kant sdan disempurnakan oleh Einstein, Kuhn, Popper dll terutama abad xxi ini, maka ilmu mantiq sudah tidak dapat dipadankan dengan ilmu logika, karena logika memiliki varian yang begitu banyak, akan tetapi logika formal masih dapat dipadankan dengan ilmu mantiq.
Sejarah ilmu mantiq tidak lepas dari filsafat yunani yang diadopsi oleh ulama muslim, akan tetapi pada hakekatnya semenjak manusia pertama sudah kegiatan berpikir sudah ada meski belum sistematis (secara mantiq), manusia yang menciptakan sistemisasi berpikir adalah Aristoteles bin Nicomakhus dilahirkan di sebuah kota yang bernama Stafira pada tahun pertama pemerintahan Raja Artaxerxes bin Darius dan memasuki dunia islam pada masa Daulah Abbasyiah.
Ilmu mantiq
dapat menjadikan manusia yang manusiawi (makhluk sempurna) yang mana dapat
menjadikan manusia mampu memfungsikan akal dan jiwanya sesuai fungsinya.
0 Komentar