BACAAN AL-FATIHAH QIRAAT IMAM WARASH
Imam Warsy merupakan perawi Imam Nafi’ Al-Madani ra dalam ilmu qira’at. Qira’at Imam Nafi riwayat Warsy sangat terkenal di kawasan utara benua Afrika seperti Maghrib, Mesir, Mauritania, Libya, Tunisia dan lain-lain. Namun, qira’at jenis ini tidak populer di Indonesia. Bahkan ada sebagian muslim di Indonesia yang tidak mengetahui bahwa ada qira’at lain selain qira’at Imam Hafsh ra dari Imam `Ashim ra. Nama asli Imam Warsy ra adalah Abu Said Utsman bin Said al-Mishri. Namun, lebih terkenal dengan nama julukannya yaitu “Warsh” yang diberikan oleh Imam Nafi’ ra, gurunya. “Warsy” menunjuk kepada sejenis makanan yang terbuat dari susu. Julukan ini diberikan karena beliau memiliki kulit yang sangat putih.
Imam Warsy ra mengembara dari Mesir ke Madinah untuk mempelajari Al-Qur’an. Di Madinah, beliau berguru kepada Ahli Qira’at Madinah yang terkenal, Imam Nafi’. Beliau menamatkan Al-Qur’an beberapa kali di depan Imam Nafi’ ra. Imam Warsy ra kembali ke Mesir pada tahun 155 H dan mengajar di sana. Imam Warsy ra merupakan ketua institusi pengajian Al-Qur’an pada masanya. Abu Sa'id Utsman bin Sa'id bin Abdullah bin 'Amru bin Sulaiman (lebih dikenal sebagai Warasy (lahir di Mesir pada tahun 110 H/728, wafat di Mesir pada tahun 197 H/812) adalah seorang ulama dibidang Qira'at al-Qur'an.
Qiraah Warsy berasal dari cara baca Nafi’ bin Abdur-Rahman ibnu Nu’aim dari Madinah yang meninggal di kota tersebut pada 169 H, dari Abdur Rahman ibnu Mur uz al A’raj (Si Lumpuh) dan Shiba ibnu Nisah al Qadi (Sang Hakim) dan Muslim ibnu Jundub al Hudhali yang merupakan maula mereka dan Yazid ibnu Ruman dan Abu Ja’far Yazid bin Al Qa’qa al Qari (Qari) dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas dan Abdullah ibnu Ayyash ibnu Abi Rabi’ah dari Ubay bin Ka’ab dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam. Kendati semua qira’ah sama benar dan saling memperkaya, tetapi yang dibaca sehari-hari di Madinah oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para Sahabat, tetap merupakan yang utama dari sudut otoritas dan makna.
Bacaan Al-Fatihah Imam Warasy pada ayat ke 3, mengizharkan bacaan mim yang pertama dengan baris kasrah. Menghazafkan bacaan alif pada mim yang ke dua. Pada ayat ke 6, huruf sod dibaca dengan huruf sod. Pada ayat ke 7, huruf sod dibaca huruf sod. Pada ayat ke 7, dibaca dengan tanpa silah mim jama’.
0 Komentar