Iman Kepada Qodho dan Qadhar Allah (Q.S Al-Qamar ayat 49) | Rosilina Wati

 

P: News.detik.com

PEMBAHASAN

Seorang muslim mengimani qodho dan qadar Allah, juga mengimani bahwa sesuatu tidak pernah akan terjadi di dunia ini, sampai perbuatan-perbuatan hamba yang bersifat ikhtiari (pilihan) kecuali sesudah ilmu dan qodar Allah.juga mengimani bahwa Allah bersifat adil dalam menetapkan qodho dan qadarnya, maha bijaksana dalam tindakan dan penganturanNya, dan himahNya senantiasa  mengikuti kehendakNya. Apa yang Dia kehendaki pasti akan terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan upauya kecuali atas pertolongan Allah, itu semua atas berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqli.

Namun faktanya umat muslim sekarang menggunakan kata qodho dan qodar sebagaai pembenaran atas kefasikannya, dan lari dari tanggung jawabnya. Merka menimpakan semua perbuatan mereka kepada Allah sebagai pengatur dan pencitpta segala sesuatu, dan meniisbatkan kedzaliman kepada Allah dengna alasan takdir (qodho dan qadar Allah).

Pada pembahasan kali ini kita akan mngkaji salah satu ayat al-Qur’an dalam membahas qodho dan qadhar Allah, agar tidak ada kesalah pahaman dalam memahami konteks qodo maupun qadhar.  Yang  nantinya melalui penjelasan ayat tersebut dapat menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan senantiasa berbuat baik.

Ayat dan terjemah

Surat al Qamar ayat 49

انا كل شيئ خلقنه بقدر

Artinya: “sungguh, kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Tirmidzi yang bersumber dari Abu Hurairah yang berkata: “orang-orang Quraisy datang dan membantah Nabi saw mengenai qadar. Maka turunlah Q.S Al Qamar ayat 47-49 berkenaan dengan peristiwa itu yang menerangkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah adalah menurut ukuran dan aturan tertentu.( Abdul Mujib: 1986)




Tafsir Al-Misbah

Ayat di atas jelaskan bahwa apa yang menimpa mereka tidak keluar dari apa yang telah di tetapkan Allah sebelumnya, karena sesungguhnya segala sesuatu apapun itu tidaklah kami ciptakan dengan kadar yaitu dalam suatu sistem dan aturan yang mengikat mereka. Diantaranya bahwa balasan perbuatan seseorang akan didapatinya saat bertemu dengan Allah., dan tidak ada urusan atau perintah kami menyangkut apapun yang kami kehendaki, kecuali sekali yakni satu perbuatan yang sangat mudah, tanpa memerlukan alat atau ucapan, maupun waktu.( M Quraish Shihab:2003)

Kata qadara pada ayat diatas diperslisihkan maknanya oleh para ulama. Dari segi bahasa kata tersebut dapat diartikan dengan kadar tertentu yang tidak bertambah atau berkurang, atau berarti kuasa. Namun karena ayat tersebut berbicara tentang segala sesuatu yang berada dalam kuasa Allah, maka lebih tepatnya untuk memahami dalam arti ketentuan dan sistem yang ditetapkan terhadap segala sesuatu. Tidak terbatas pada salah satu aspek saja. Misalnya manusia, telah ada kadar yang ditetapakan Allah untuknya. Sebagai seorang makhluk ia dapat makan, minum, dan berkembang biak melalui sistem yang telah ditetapkannNya. Manusia memiliki potensi baik dan buruk maka dari itu ia dituntut untuk mempertanggungjawabkan pilihannya. Manusia dianugrahi petunjuk dengan didatangkannya seorang Rasul sebagai pembawa petunjuk. Allah pun telah menganugrahkan akal untuk kita, demikian seterusnya semua itu merupakan sistem yang telah Allah tetapkan. Demikian juga Allah telah menetapkan sistem dan kadar bagi ganjaran atau balasanNya yang akan diberikan kepada setiap orang.( M Quraish Shihab:2003)

KESIMPULAN

Tidak ada satupun sesuatu yang diciptakan Allah secara sia-sia atau tanpa tujuan yag benar, semuanya diberi potensi dan kadar yang sesuai dan cukup dengan fungsinya  dan semuanya saling berkaitan., tunjang menunjang dalam satu keseimbangan. 

Posting Komentar

0 Komentar